Journey to Jerusalem

Sebagai penganut agama Kristen, salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah Yerusalem, or what we called “The Promise Land”. Sama halnya dengan umat muslim dengan Mekkah sebagai tujuan wajibnya.

Tapi, buat aku, Yerusalem bukanlah tempat untuk dikunjungi seperti wisata pada umumnya. Bukan pula sekedar ziarah rohani, mengunjungi situs-situs yang pernah dikunjungi Yesus. Bagiku, perlu ada ‘panggilan’ untuk datang ke tempat tersebut. Makanya aku sebut perjalanan rohani, bukan ziarah rohani. Karena di dalam perjalanan, pasti akan menemukan sesuatu yang baru, berbeda dengan ziarah yang hanya mengenang masa lalu.

Dan akhirnya ‘panggilan’ itu datang di tahun 2015. Komunitas-ku kembali mengadakan perjalanan ke Yerusalem untuk ke-3 kalinya. Kali pertama dan kedua, aku biasa-biasa saja. Tapi waktu diumumkan perjalanan kali ketiga ini, entah mengapa ada suatu dorongan yang kuat di dalam diriku. “I have to be there!”

Singkat cerita, aku nekat mendaftar dan berangkat. Dengan segala keterbatasan dari seorang part time traveler and mostly backpacker. You know what I mean, right?

Karena keberangkatan dengan komunitas, jadi kami menggunakan jasa tur, dimana semua sudah disediakan dan kami hanya tinggal menyiapkan paspor dan tentu saja dana sebesar 2.700 USD. Mahal? Yes. Karena waktu keberangkatan kami adalah peak season, di saat musim perayaan tahun baru di Israel, juga masa Idul Adha bagi umat muslim.

Perjalanan rohani kali ini memakan waktu 10 hari, termasuk di perjalanan. Dan keberangkatan kami dimulai dinihari jam 01.30 menuju Abu Dhabi, transit beberapa jam untuk kemudian melanjutkan penerbangan ke Amman. Tiba di Amman, kami akan menuju Yerusalem lewat jalan darat dengan melalui lembah Yordan.

IMG-20160410-WA0043

Kota Amman, Yordania
Kota Amman, Yordania
Lembah Yordan
Lembah Yordan

IMG-20160410-WA0042

Sepanjang perjalanan, tidak henti-hentinya aku bersyukur pada Tuhan. Karena akhirnya mataku bisa melihat langsung tempat-tempat yang sering kubaca dan kudengar di Alkitab. Menginjakkan kaki di tempat yang disebut tanah perjanjian bukanlah hal yang sepele buatku. Thank you, Lord.

Perjalanan pergi memakan waktu hampir 22 jam. Berangkat 01.30 dan tiba sekitar 19.00 (waktu di Yerusalem 4 jam lebih lama dari waktu di Jakarta). What a day kan? Dan malam itu setelah makan malam, kami langsung mengadakan ibadah. Begitu pula dengan keesokan pagi dan malamnya. Setiap pagi dan malam kami mengadakan ibadah, betapapun capek dan ngantuknya kami. Yup, that’s part of the journey.

Kemana saja kami? Seperti rombongan tur pada umumnya, kami mengunjungi lokasi touristy, but with a purpose. Kami mengunjungi sungai Yordan dan sebagian besar dari kami merasakan dibaptis di sungai tersebut. Kami juga menyaksikan fenomena Blood Moon terakhir dari rangkaian tetrad (google aja ya, kalo dijelasin bakal panjanggg…). Kami juga ke Kana, tempat mujizat pertama yang dilakukan Yesus di sebuah pernikahan. Juga kami mampir ke Succat Haleel, rumah doa di Yerusalem, dimana tim kami diundang untuk mengisi 1 sesi doa disana. Lalu ke Danau Galilea, Kapernaum, Bukit Tabor, Lembah Karmel, Padang Gembala, City of David, Haifa (this city is a total beauty), Garden Tomb (kubur Yesus), Qumran, Jericho, Holocaust Museum, Upper Room, Old City of Jerusalem, Wailing Wall.

Yardenit, The Baptismal Site
Yardenit, The Baptismal Site

IMG-20160410-WA0048

The Blood Moon
The Blood Moon
Menanti Blood Moon
Menanti Blood Moon
Our team at Succat Haleel
Our team at Succat Haleel
Salah satu sudut Gereja Kana
Salah satu sudut Gereja Kana
Danau Galilea
Danau Galilea
Di atas perahu menyeberangi Danau Galilea
Di atas perahu menyeberangi Danau Galilea
Kapernaum
Kapernaum
Lembah Karmel
Lembah Karmel
The beautiful Haifa
The beautiful Haifa
Qumran, near Dead Sea
Qumran, near Dead Sea
Mount Temptation
Mount Temptation
Old City of Jerusalem
Old City of Jerusalem

IMG-20160410-WA0035

Keramaian di sekitar Wailing Wall
Keramaian di sekitar Wailing Wall

IMG-20160410-WA0034

Persis di tanggal 1 Oktober, kami mengikuti parade yang diadakan di jalan-jalan utama Yerusalem. Parade tersebut diikuti oleh rombongan dari bangsa-bangsa di seluruh dunia yang datang ke Yerusalem. Starting point hingga finish point berjarak sekitar 5 km, dan karena parade dilakukan dengan berjalan kaki, jarak tersebut ditempuh dalam 3 jam. Dan selama parade, kami membagikan souvenir yang kami bawa dari Indonesia kepada warga yang menonton parade. Mulai dari membagi ke anak-anak kecil di sekeliling kami, hingga melemparkan ke arah warga yang berdiri menyaksikan parade dari balkon rumahnya. Juga sepanjang 3 jam, rombongan kami terus bernyanyi penuh semangat dan tanpa henti, hingga keriuhan tim kami mengalahkan rombongan negara lain yang bawa speaker. And a new song came out that time, membuat orang-orang di pinggir jalan maupun rombongan lain mengikuti nyanyian kami yang cuma terdiri dari 4 kata diulang-ulang. Seru abis!

Siap untuk parade
Siap untuk parade

IMG-20160410-WA0050

Keramaian di parade
Keramaian di parade

Seminggu kami di Yerusalem, menginap 2 malam di Tiberias, dekat Danau Galilea, dan 4 malam di Bethlehem. Malam berikutnya kami menginap di Dubai, karena perjalanan pulang kami singgah di Dubai dan Abu Dhabi untuk sightseeing dan ‘main’ di Ferrari World.

Burj Al Arab
Burj Al Arab
Burj Khalifa
Burj Khalifa
The Atlantis Hotel
The Atlantis Hotel

IMG-20160410-WA0010

This is Rossa Coaster, 240 km/jam
This is Rossa Coaster, 240 km/jam

Heading home, penerbangan dari Abu Dhabi menuju Jakarta memakan waktu 8,5 jam. Aku yang sudah sangat lelah langsung tertidur sesaat setelah pesawat take off.

Eh, yang nggak kalah seru dari perjalanan kali ini adalah… Aku bertemu seorang teman SMP-ku disana! Pas lagi belanja di suatu toko, tiba-tiba ada seorang dari rombongan lain yang menyebut namaku waktu papasan. Lah, ternyata temanku yang sudah lama banget nggak ketemu. Dia bersama istri dan rombongan gereja-nya juga mengambil rute yang hampir sama dengan kami. Makanya disana aku beberapa kali bertemu dengan temanku itu. Haha… Siapa sangka bertemu teman lama di tempat yang jaraknya ribuan kilometer.

Perjalanan rohani-ku ke Yerusalem memang sudah berlalu. Tapi, perjalanan rohani-ku sebagai makhluk ciptaan Tuhan belum berakhir. Semua pencerahan dan pewahyuan yang kudapat selama perjalanan itu, menjadi bekal untuk aku terus menjalani hidup sebagai manusia yang mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

5 thoughts on “Journey to Jerusalem”

Leave a comment